Kematian merupakan suatu hal yang pasti
terjadi bagi tiap-tiap makhluk yang bernyawa. Begitulah ketetapan Allah yang
juga tertera dalam firman-Nya, kematian merupakan salah satu takdir Allah yang
tidak bisa kita prediksi.
Maut bisa menjemput siapa saja, dimana saja, dan kapan saja tanpa memandang
derajat, harta, jabatan dan usia. Semua yang hidup dan memiliki jiwa pasti akan
merasakan mati, tidak peduli dia adalah presiden, tentara, dan semuanya.
Ketika menghadapi ajal, kita akan menghadapi saat-saat yang dinamakan sebagai
sakaratul maut. Ketika sakaratul maut, kita akan merasakan rasa sakit yang
sangat luar biasa, bahkan ketika Rasulullah sedang sakaratul maut, beliau
bersabda,
"Jika rasa sakit seujung rambut dari rasa sakit yang dialami oleh mayit, diletakkan di atas langit dan bumi, tentu penduduknya akan mati dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala."
"Jika rasa sakit seujung rambut dari rasa sakit yang dialami oleh mayit, diletakkan di atas langit dan bumi, tentu penduduknya akan mati dengan izin Allah subhanahu wa ta'ala."
Rasulullah juga mengatakan bahwa rasa sakit ketika ajal menjemput itu seperti kadar tiga ratus pukulan dengan pedang. Penderitaan si mayit ketika menghadapi sakaratul maut adalah ketika ruh manusia sudah sampai ke kerongkongan.
Dia akan merasakan panas yang luar biasa, kehausan dan bahkan rasa sakit yang tidak ada tandingannya. Nabi Ibrahim, ketika beliau meninggal dunia, maka Allah subhanahu wa ta'ala berfirman kepadanya:
"Bagaimana engkau menghadapi kematian wahai khalilullah?", Nabi Ibrahim menjawab: "Seperti besi pembakar daging yang diletakkan pada bulu basah, kemudian ditarik.".
Kisah Nabi Isa yang ditantang oleh orang kafir untuk membuktikan mukjizatnya juga menjadi bukti bahwa rasa sakit sakaratul maut itu sangat luar biasa. Ketika itu, Nabi Isa diberi mukjizat oleh Allah SWT yaitu dia dapat membangkitkan orang yang sudah meninggal atas izin dari Allah.
Kala itu, Nabi Isa disuruh untuk membangkitkan orang yang telah sangat lama mati, dia disuruh untuk membangkitkan Syam bin Nun. Nabi Isa lalu mendatangi kuburan Syam bin Nun untuk shalat dua raka'at dan memohon kepada Allah agar diberi izin untuk bisa membuktikan mukjizat yang telah Allah berikan kepadanya itu.
Allah mengabulkan permohonan Nabi Isa, seketika itu pula Syam bin Nun bangkit dari kuburnya dalam keadaan rambut beruban. Nabi Isa bertanya, "Padahal waktu engkau masih hidup dulu tidak demikian (tidak beruban)?", lalu Syam bin Nun menjawab, "Aku mendengar panggilanmu, dan mengira kiamat telah tiba. Maka tumbuh uban di rambut dan janggutku karena terkejut dan takut."
Nabi Isa kemudian bertanya lagi, "Sejak berapa lama engkau telah meninggal?", dia menjawab, "Sejak empat ribu tahun yang lalu. Tetapi hingga kini pedihnya sakaratul maut belum juga hilang."
Sungguh luar biasa rasa sakit akibat sakaratul maut tersebut. Namun, Rasulullah mengatakan bahwa orang-orang mukmin tidak akan mengalami hal yang serupa. Ruh orang-orang mukmin akan keluar dari jasadnya sebagaimana keluarnya rambut dari adonan tepung.
Dalam sebuah keterangan diceritakan bahwa apabila Allah menghendaki mengambil ruh seorang mukmin, maka akan datang malaikat maut. Namun untuk mencabut ruhnya, sang malaikat mencari tempat termudah untuk melakukannya.
Ketika malaikat maut ini ingin mengambil ruhnya lewat mulut, padahal mulut orang mukmin tersebut sering digunakan untuk berdzikir, maka akhirnya ia tidak jadi. Proses gagalnya pengambilan ruh ini kemudian dilaporkan oleh malaikat maut kepada Allah. Dan Allah lalu memerintahkan lagi untuk mengambilnya lewat anggota tubuh yang lain.
Anggota tubuh selanjutnya adalah tangan. Namun, saat ingin mengambil ruh dari anggota tubuh tersebut ternyata dilihat ada bekas perbuatan sedekah, menyantuni anak yatim, menulis ilmu, serta bekas memegang pedang untuk berjihad di jalan Allah, maka urunglah sang malaikat mencabutnya dari sana.
Sebagai gantinya maka malaikat maut hendak mencabutnya dari sisi kaki. Namun, kembali usaha ini mengalami kegagalan, karena saat hendak mencabut, ternyata di kakinya terlihat ada bekas digunakan untuk berjalan menghadiri tempat shalat jama’ah, shalat ‘Id, serta menghadiri tempat pengajian. Melihat itu semuanya, maka sang malaikat mengurungkan niatnya untuk mengambil ruh dari sisi tersebut.
Sebagai gantinya maka sang malaikat berpindah ke telinga. Tetapi setelah akan diambil dari arah telinga, dilihatnya bahwa pada sisi ini ada bekas mendengarkan bacaan Al-Qur’an dan dzikir. Dan seakan tidak mau gagal dari usaha tersebut, maka malaikat maut akhirnya mencoba dari sudut mata. Namun apa boleh buat, dari sisi anggota tubuh ini pun mengalami kegagalan serupa. Hal itu terjadi lantaran pada panca indra penglihatan ini terlibat banyak kegiatan ibadah yang dilakukan, misalnya seperti membaca Al-Qur’an, membaca buku-buku agama, mengkaji ilmu-ilmu yang bermanfaat, dan aktivitas positif lainnya.
Dengan berbagai kegagalan yang dialami, maka malaikat maut akhirnya melaporkan kejadian tersebut kepada Allah subhanahu wa ta'ala. Kemudian Allah berfirman: "Tulislah nama-Ku di telapak tanganmu, lalu tunjukkan tulisan tersebut kepada ruh orang mukmin itu. Karena cintanya terhadap nama-Ku itu, niscaya ruh orang mukmin ini akan keluar dengan sendirinya dari mulutnya." Demikianlah, dengan berkah Allah akhirnya sang mukmin tidak merasakan pedihnya sakaratul maut itu. Tidak hanya itu, dia juga akan terhindar dari murka Allah.
Semoga, kita semua terhindar dari rasa pedih sakaratul maut dan murka Allah. Aamiin yaa Rabbal Alamiin.